Dalam khutbah tentang mujaharah, seringkali khatib berpesan kepada kita untuk menghindari sifat bangga terhadap maksiat. Maksiat saja sangat dilarang dalam Islam, apalagi membanggakannya kepada semua orang.
Permasalahannya, saat ini banyak orang yang merasa bahwa segala hal yang umum terjadi disiarkan menjadi hal umum, tidak peduli hal tersebut sudah menyalahi ketentuan ajaran Islam dan akan menjadi ganjaran buruk baginya kelak di dunia dan akhirat.
Fenomena ini seringkali kita temui di media sosial yang kini bertebaran dan sangat mudah diakses. Seringkali konten yang memamerkan adegan sepasang kekasih mendapatkan tanda suka paling banyak dibandingkan video dari seorang ustad yang menyampaikan kebaikan.
Jika sudah seperti ini, sebagai umat muslim kitalah yang harus selalu waspada. Jangan sampai kita masuk dalam kesalahan yang sama dengan mereka. Hindari juga untuk menonton (apalagi menyukai) konten yang berbau maksiat tersebut.
Jangan Bangga dengan Maksiat

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh seorang ahli zuhud, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa Allah SWT sangat murka terhadap hambaNya yang tidak malu melakukan dosa. Dalam hadis yang sama, Allah mengancam mereka dengan api neraka yang bergejolak dan amat menyakitkan.
Sebaliknya, barang siapa yang selalu menyesal dan segera memohon ampun atas dosa yang sudah dilakukannya, pengampunan Allah seluas samudra. Allah memaklumi manusia sebagai makhluk yang penuh keterbatasan dan terkadang lalai. Allah menghargai mereka yang malu akan dosa tersebut.
Bertentangan dengan orang yang bangga melanggar aturanNya. Dengan tegas sebuah hadis menyatakan bahwa dosa tersebut tidak akan terampuni sebagaimana dosa-dosa yang lain. Jika sudah demikian, mungkinkah kehidupan orang seperti ini akan bahagia?
Seseorang melakukan dosa biasanya mempunyai dua jenis latar belakang. Pertama mereka melakukan itu tanpa tahu bahwa tindakan tersebut dilarang dalam Islam dan kedua mereka sudah tau bahwa tindakan tersebut tidak diperbolehkan tetapi mereka tetap melakukannya.
Dosa antara kedua jenis maksiat ini berbeda. Orang yang dengan sengaja melakukan maksiat padahal mereka tahu itu berdosa akan lebih sulit mendapatkan pengampunan dari Allah SWT. Semoga kita semua terhindari dari sikap meremehkan dosa atau membanggakan dosa.
Ancaman bagi Orang yang Membanggakan Maksiat

Idealnya, seorang yang melakukan dosa harus menebus dosa tersebut dengan melakukan pengampunan dan bertaubat agar dosa tersebut diampuni. Tapi jika sebaliknya, seseorang tersebut justru merasa bangga dengan dosa itu, niscaya kepedihan adzab Allah lah yang dapat menyadarkan mereka.
Sangat menyeramkan ancaman tersebut. Terasa tak ada artinya lagi kehidupan seseorang ketika ia tidak mendapatkan harapan kebahagiaan dunia dan akhirat dari Allah SWT. Bagi mereka yang beriman, ancaman seperti ini akan menimbulkan ketakutan yang luar biasa dan memunculkan taubat yang sungguh-sungguh.
Berbeda dengan mereka yang enggan menerima nasehat dan tertutup hatinya. Bagi mereka hal tersebut adalah kunci kesenangan dunia dan membuat mereka bangga. Ancaman maha dahsyat tidak diindahkan karena tertutup oleh hawa nafsu dan keserakahan terhadap dunia yang membara.
Pada satu sisi teknologi memang memberikan banyak kemudahan dan fasilitas bagi manusia. Komunikasi yang simple, jual beli menjadi lebih mudah dan lain sebagainya. namun kita juga harus bisa menyaring mana yang memberikan dampak baik dan mana yang berdampak buruk
Demikian ulasan terkait jangan bangga berbuat maksiat. Semoga tulisan ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua bahwasannya tidak ada di dunia ini yang abadi. Segala tindakan kita di dunia akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Ulasan bermanfaat lainnya bisa dibaca di hasana id.